Pentas Akhir Pekan Europalia Indonesia di BOZAR

By Admin

nusakini.com--​Sudah lebih dari dua bulan sejak Europalia Indonesia dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Raja Philippe. Sejak 10 Oktober, penduduk kota-kota di Belgia dan enam negara Eropa lainnya telah disuguhi parade seni dan budaya Indonesia. 

Bozar di Brussels menjadi tuan rumah akhir pekan Europalia Indonesia dari tanggal 8 hingga 10 Desember. Acara ini dimulai pada hari Jumat malam dengan "Balabala" karya Eko Supriyanto, yang mementaskan tarian energik yang melibatkan lima perempuan muda, menggambarkan kekuatan dan keberanian melawan segala kesulitan. 

Pada hari Sabtu, empat penari solo tampil di panggung: Gede Radiana Putra, Mugiyono Kasido, Kurniadi Ilham dan Moh. Hariyanto. Ini diikuti dengan sebuah triple bill dengan fokus "West Sumatra", termasuk pertunjukan tradisional musik seruling oleh Saluang Dendang dan Pencak Silat. Pertunjukan tarian yang lebih modern oleh Nan Jombang menutup malam itu. 

Di hari Minggu, musik tradisional dari pulau Sumatra dan Papua membuka pagelaran Indonesia di malam itu. Ensemble Mataniari Batak dengan lagu-lagu dari wilayah Sumatera Utara menghibur pengunjung yang membanjiri Studio Bozar. Hal ini diikuti oleh suara mistis Saluang Dendang dari Sumatera Barat. Para penonton lalu menari bersama dengan kelompok Voices of Papua yang mengakhiri acara tersebut. 

Kelompok Wayang Hiphop menghibur pengunjung di Bozar yang sedang menunggu acara malam hari. Mereka menyajikan konsep modern dari wayang kulit tradisional dari Jawa, dengan memadukan rap, hip-hop dan tema sosial saat ini di dalam pertunjukan mereka. 

Pertunjukan yang memikat oleh I Wayan Gde Yudane dan Gamelan Wrdhi Swaram menutup akhir pekan Europalia Indonesia di Bozar. I Wayan Gde Yudane merupakan seorang maestro modern, yang memiliki misi untuk membawa musik tradisional Bali ke tingkat berikutnya dan memasuki era modern. (p/ab)